Di dalam Al-Quran Allah telah menceritakan kisah orang-orang
terdahulu. Seandainya Allah SWT tidak menceritakan di dalam Al-Quran, niscaya
manusia takkan mengetahuinya. Sebagaimana Firman Allah QS Yusuf ayat 3 yang
berbunyi :
Artinya :
“Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik
dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami
mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahuinya.” (Yusuf: 3)
Adapun tujuan menceritakan
kisah-kisah dalam Al-Quran ialah agar dapat menjadi pengetahuan serta ibarat
yang dapat diambil pelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, baik
jasmani maupun rohani. Firman Allah QS Yusuf ayat 111 yang berbunyi :
Artinya :
“Sesungguhnya pda kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. Al-Quran itu bukanlah cerita yang
dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman.” (Yusuf: 111)
Kisah Ashabul Kahfi, yaitu kisah
tujuh orang pemuda yang ditidurkan Allah dalam sebuah goa selama 309 tahun.
Tentang Ashabul Kahfi ini dikisahkan Allah secara singkat dalam ayat 9 sampai
26 surat Kahfi.
Peristiwa yang terjadi kira-kira
abad ke-4 sebelum masehi atau kira-kira 9 abad sebelum turunnya Al-Quran.
Tempat kejadiannya di negeri Uspus termasuk wilayah Yunani. Waktu itu yang
berkuasa adalah Raja Dikyanus (Decius). Dia sorang raja yang zhalim, haus kekuasaan
dan gila hormat. Ia mempertaruhkan dirinya serta memerintahkan rakyatnya agar
menyembahnya sebagai tuhan. Di antara rakyatnya ada yang melakukannya secara
suka rela, dan ada pula karena terpaksa, tetapi ada tujuh orang pemuda yang
sama sekali menolak untuk menyembah rajanya. Ketika ketujuh pemuda itu sampai
kepada rajanya, maka dipanggillah mereka menghadap raja, untuk mempertanggung
jawabkan penolakan mereka. Raja bertanya, mengapa mereka tidak mau
menyembahnya. Mereka menjawab, bahwa mereka hanya menyembah Allah Yang Maha
Kuasa, pencipta langit dan bumi. Raja pun sangat murka namun ditahannya
kemarahannya dan mereka diberi waktu untuk mempertimbangkan sikap, tetapi
mereka bersepakat untuk tetap menyembah Allah dan bersedia menanggung segala
resikonya. Mereka pun sepakat untuk hijrah dari negerinya ke tempat dimana
mereka bisa dengan aman melakukan ibadah kepada Allah SWT. Dengan ketabahan
hati dan keimanan yang penuh akan pertolongan Allah kepada hamba-Nya yang
beriman, mereka pun berangkatlah meninggalkan negeri tercinta, tumpah darah,
kampung halaman dan sanak famili. Mereka serahkan kepentingan dunia dan
akhiratnya kepada Allah SWT demi mempertahankan keimanan dan kecintaan mereka
kepada kebenaran dan agama Allah SWT. Tak ada yang mereka takutkan selain
Allah, tak ada yang mereka harapkan pertolongannya kecuali kepada Allah dan tak
ada tempat mereka berlindung kecuali Allah.
Tatkala pada hari yang telah
ditentukan ketujuh pemuda itu tidak datang menghadap raja untuk menyatakan
kesediaan mereka menyembahnya, maka raja pun murka dan memerintahkan tentaranya
untuk menangkap mereka hidup atau mati. Untuk menghindari pengejaran dan
penangkapan, para pemuda itu kemudian bersembunyi dalam sebuah goa. Karena
sangat letih sehabis menempuh perjalanan yang jauh dan terik matahari di tengah
padang pasir
yang tandus, mereka pun tertidur dengn nyenyaknya.
Ketika mereka terbangun, perut
mereka terasa sangat lapar. Mereka saling bertanya, berapa lama mereka tertidur
tadi. Ada yang
mengatakan, bahwa mereka telah tertidur selama sehari dan ada yang mengatakan
bahwa mereka tertidur setengah hari. Demikianlah mereka memperbincangkan berapa
lama mereka tertidur. Karena perut mereka sudah terasa lapar, maka
diputuskanlah untuk mengutus salah seorang dari mereka pergi ke kota untuk mencari
makanan. Kemudian pergilah salah seorang di antara mereka dengan perasaan
khawatir takut ditangkap oleh raja Dikyanus.
Ketika sampai di kota, ternyata sudah
banyak perubahan, baik penduduknya maupun bangunannya. Ketika ia membeli makanan,
penjual makanan menjadi heran sewaktu menerima uang pembayaran dari pemuda tadi
dengan mata uang kuno yang sudah tidak berlaku lagi. Uang tersebut bergambar
raja Dikyanus dan berumur lebih dari 300 tahun yang lalu. Maka berkerumunlah
orang. Orang disekitar tempat tersebut memperbincangkan pemuda pembeli makanan
itu dengan uang kuno. Pemuda itu pun terheran-heran mengapa pedagang makanan
itu tidak mau menerima pembayarannya dan mengatakan bahwa uang itu sudak tidak
berlaku lagi, padahal uang itu baru didapatnya dari temannya yang membawanya
kedalam goa itu kemarin pagi. Ia bertanya-tanya apa yang terjadi. Di antara
orang yang berkerumun, ada yang mengatakan bahwa pemuda itu hendak menipu
penjual makanan, ada juga yang mengatakan pemuda itu kurang waras, dan ada yang
mengatakan bahwa pemuda tadi tentu tahu tempat tersembunyinya harta karun yang
bernilai tinggi. Perihal pemuda tadi terdengar pula oleh petugas, pemuda tadi
mengatakan bahwa ia bersama enam temannya bermaksud menyingkir dari negeri
Uspus unatuk menghindari penangkapan oleh raja Dikyanus karena tidak mau
menyembah raja tersebut, supaya merasa lebih aman dan bebas melakukan ibadah
kepada Allah. Petugas itu mengatakan bahwa Dikyanus yang mereka takuti itu
telah lama meninggal dan sekarang negeri Uspus di bawah pemerintahan seorang
raja yang beriman kepada Allh SWT seperti para pemuda itu. Barulah ia merasa
lega dan mengatakan bahwa keenam orang temannya sedang bersembunyi di dalam
goa. Raja yang menerima laporan mengenai tujuh pemuda itu, merasa bersyukur
kepada Allah karena ia telah diberi
kesempatan untuk menyaksikan secara langsung kebenaran hari berbangkit serta
keagungan dan kebesaran kekuasaan Allah. Perihal ketujuh orang pemuda itu
memang sudah menjadi legenda penduduk kerajaan itu tentang keberanian mereka
menentang kemauan raja Dikyanus yang kejam. Maka Raja dan rakyat mengadakan
penyambutan keluarnya ketujuh pemuda itu dari dalam goa dengan meriah. Tidak
lama setelah penyambutan meriah itu, ketujuh pemuda goa itu tertidur kembali
dengan nyenyaknya untuk tidak bangun lagi selama-lamanya, karena kembali
kehadirat Allah SWT. Untuk memperingati dan menghormati para pemuda atas
ketabahan mereka dalam mempertahankan kebenaran serta keyakinan kepada Allah,
rakyat negeri Uspus membuat prasasti di depan mulut goa itu kemudian terkenal
dengan nama rakim.
Demikianlah kisah singkat tentang tujuh pemuda penghuni gua. Adapun ibarat dan pelajaran yang dapat kita simpulkan dari kisah ini antara lain :
- Kita hendaknya tetap tabah dalam beriman kepada Allah walau apapun yang menimpa diri kita.
- Kiash-kisah yang tersebut dalam Al-Quran semuanya ebnar-benar terjadi, bukan khayalan atau cerita bohong.
- Allah Maha Kuasa untuk berbuat segala sesuatu menurut iradatnya.
- Hari berbangkit itu benar-benar adanya dengan seluruh jiwa dan raga.
Post a Comment Blogger Facebook