Jika kita perhatikan kondisi sosial kita pada saat sekarang ini terasa bada hal yang telah bergeser dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Hal ini akan dapat kita amati sesungguhnya apa dan siapa yang berhak merayakan Idul Fitri tersebut. Menurut hemat saya sekarang ini jika kita lihat dari makna dan tujuan Idul Fitri tersebut orang yang merayakan Idul Fitri tersebut banyak yang tidak berhak
Saya berani berkata demikian karena alasan sebagai berikut. Yaitu mengenai arti dan Makna Idul Fitri yang sesungguhnya,
yang saat ini saya rasa banyak orang yang sudah tidak lagi memahami apa
Makna Idul Fitri Itu, makna Idul Fitri itu diartikan dengan kembali ke
fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya,
diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian,
semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya
Tuhan. Dalam istilah sekarang ini dikenal dengan ”Perjanjian Primordial”
sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke
Tuhan an, sebagaimana yang terekam dalam surah al-A’raf (7) ayat 172 :
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “S esungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”).
Dengan kata lain Idul Fitri adalah hari dimana semua Umat muslim bersyukur, berbahagia dan bersuka cita, dan pada hari besar itu semua orang terbebas dari kesedihan dan kesusahan, namun pada kenyataannya lebaran membuat manusia hilang kesadaran, idul fitri yang suci tidak harus menyusahkan, Manusia sering-sering memaksakan, tidak menyesuaikan dengan kemampuan, Segala cara dipakai, untuk memuaskan nafsu dan pikiran,Menghalalkan segala cara, untuk mendapat uang ongkos lebaran, Untuk hari yang suci, mereka berani berkorban, melanggar aturan, karena kesibukan dan kelelahan seringkali hilang kesabaran dan menimbulkan perselisihan, Hanya karena ingin bersilaturahmi, semuanya menjadi lupa diri Mengapa kita selalu melupakan makna hakiki dari idul fitri,Silaturahmi, saling memaafkan, memperbaiki pikiran dan nurani,
Bukan hura-hura, kumpul-kumpul, makan enak, baju baru, dan memaksakan diri, Untuk apa merayakan hari yang Indah tanpa makna, lebih baik tidak usah merayakan hari itu jika dalam menyambutnya saja kita merasa terbebani, Idul Fitri itu sangat indah bila kita benar-benar memahami makna sesungguhnya!! Jangan ada kemarahan, kesedihan, persilisihan menyambut hari ini apalah artinya kemenangan jika mereka masih dikalahkan emosi mereka sendiri.dan mereka tidak bisa menyadari betapa tenangnya hati ketika takbir dikumandangkan!
sekali lagi marilah kita menyambut hari Raya Idul Fitri ini dengan suka cita, kebahagiaan, ketenangan, dan kesucian hati, maka kita akan menyadari betapa Indahnya hari Raya ini.
Kemudian dari pada itu ada beberapa perilaku yang perlu kita miliki dan pelihara dalam merayakan Idul Fitri tersebut. Hal ini tentunya berdasarkan tujuan orang berpuasa yang merayakan Idul Fitri tersebut adalah agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. Perilaku yang harus dimiliki dan dipelihara tersebut adalah
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “S esungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”).
Dengan kata lain Idul Fitri adalah hari dimana semua Umat muslim bersyukur, berbahagia dan bersuka cita, dan pada hari besar itu semua orang terbebas dari kesedihan dan kesusahan, namun pada kenyataannya lebaran membuat manusia hilang kesadaran, idul fitri yang suci tidak harus menyusahkan, Manusia sering-sering memaksakan, tidak menyesuaikan dengan kemampuan, Segala cara dipakai, untuk memuaskan nafsu dan pikiran,Menghalalkan segala cara, untuk mendapat uang ongkos lebaran, Untuk hari yang suci, mereka berani berkorban, melanggar aturan, karena kesibukan dan kelelahan seringkali hilang kesabaran dan menimbulkan perselisihan, Hanya karena ingin bersilaturahmi, semuanya menjadi lupa diri Mengapa kita selalu melupakan makna hakiki dari idul fitri,Silaturahmi, saling memaafkan, memperbaiki pikiran dan nurani,
Bukan hura-hura, kumpul-kumpul, makan enak, baju baru, dan memaksakan diri, Untuk apa merayakan hari yang Indah tanpa makna, lebih baik tidak usah merayakan hari itu jika dalam menyambutnya saja kita merasa terbebani, Idul Fitri itu sangat indah bila kita benar-benar memahami makna sesungguhnya!! Jangan ada kemarahan, kesedihan, persilisihan menyambut hari ini apalah artinya kemenangan jika mereka masih dikalahkan emosi mereka sendiri.dan mereka tidak bisa menyadari betapa tenangnya hati ketika takbir dikumandangkan!
sekali lagi marilah kita menyambut hari Raya Idul Fitri ini dengan suka cita, kebahagiaan, ketenangan, dan kesucian hati, maka kita akan menyadari betapa Indahnya hari Raya ini.
Kemudian dari pada itu ada beberapa perilaku yang perlu kita miliki dan pelihara dalam merayakan Idul Fitri tersebut. Hal ini tentunya berdasarkan tujuan orang berpuasa yang merayakan Idul Fitri tersebut adalah agar mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. Perilaku yang harus dimiliki dan dipelihara tersebut adalah
- Rasa penuh harap kepada Allah SWT (Raja’). Berharap akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.
- Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasa yang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja. Di siang bulan Ramadhan kita berpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataan yang menyakitkan orang lain. Kita harus memahami sabda Nabi SAW yang mengatakan banyak orang yang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.
- Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, sebab predikat taqwa nantinya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).
Post a Comment Blogger Facebook