BAHAN AJAR ILMU KALAM
Untuk Madrasah aliyah program keagamaan kelas XI

PETA PEMIKIRAN
SK                               : Menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan keimanan
KD                              : menjelaskan Isra’Mi’raj dan hikmahnya
Indikator                     : -     Menjelaskan pengertian Isra’ Mi’raj
-          Mengidentifikasi dalil tentang Isra’ Mi’raj
-          Menjelaskan pendapat ulama tentang Isra’Mi’raj
-           Menyimpulkan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj
  


Uraian materi
1.      Pengertian Isra’ dan mi’raj
Isra’ adalah perjalanan malam Nabi Muhammad saw. Dari Masjidil Haram <dimekah> ke masjidil Aqsha <di Palestina> yang juga sering disebut Baitul Maqdis, dalam waktu yang sangat singkat. Adapun mi’raj adalah naik ke langit dunia dan terus ke Sidratil Muntaha, untuk mengetahui sebagian dari kebesaran Allah dan untuk menerima perintah shalat lima waktu. Sejak terjadinya, kurang lebih 124 abad yang lalu isra’ dan mi’raj terud dikenal diseluruh dunia,  baik dikalangan umat Islam maupun dikalangan non Muslim
Bagi kaum muslimin, kebenaran terjadinya isra’ dan mi’raj itu didasarkan pada firman Allah swt :         
Artinya :
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(Al-Isra’ : 1)
Artinya :
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu orang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. Muhammad melihat Jibril ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula)melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda (Kekuasaan) Tuhan-nya yang paling besar.” (An-Najm:13-18)

2.      Pendapat para ulama mengenai isra’ dan mi’raj
Tentang terjadinya peristiwa isra’ dan mi’raj tidak terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama, sebab peristiwa tersebut sudah jelas tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ ayat 1 dan surat An-Najm ayat 13-18. Walaupun ayat ini menceritakan Nabi Muhammad saw. Melihat Jibril, tetapi karena ketika melihat itu berada di Sidratil Muntaha, maka jelas saat itu Nami sedang mi’raj. Namun mengenai tempat dan waktu serta cara keberangkatan Nabi, terdapat berbagai pendapat.
Ada yang menyatakan bahwa perjalan Nabi yang hanya 2/3 malam itu hanya ruhnya saja, tetapi ada juga yang menyatakan kedua-duanya, yaitu jasad serta ruh atau dalam bentuk manusia utuh.
Mengenai tempat sebagian besar ulama berpendapat, bahwa Nabi Muhammad memulai isra’ dari Masjidil Haram seperti tercantum dalam Al-Qur’an, tetapi ada juga ulama yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad diberangkatkan oleh Allah dari rumah Ummi Hani saudara sepupu beliau di Makkah.
Sedangkan Anas dan Hasan Basri berpendapat, terjadinya isra’ dan mi’raj itu lebih dari 13 tahun sebelum hijrah yaitu sebelum Muhammad diangkat menjadi rasul, namun pendapat yang paling terkenal dikalangan kaum muslimin yaitu bahwa peristiwa isra’ mi’raj terjadi pada malam tanggal 27 Rajab, setahun sebelum hijrah.
Adapun mengenai cara isra’ dan mi’raj, terdapat perbedaan pendapat diantara ulama. Sebaian Ulama berpendapat bahwa peristiwa isra’ dan mi’raj itu terjadi atas diri Nabi dalam keadaan sadar sekaligus jasad dengan ruh, bukan merupakan mimpi sewaktu tidur. Ulama yang berpendapat ini mengemukakan alas an sebagai berikut
a.       Kata (Maha Suci) pada permulaan ayat, tersirat makna kagum, dan kekaguman itu hanya terjadi atas perkara-perkara besar. Bila isra’ dan mi’raj hanya merupakan mimpi di waktu tidur, pasti bukan perkara besar yang pantas dikagumi, karena mimpi adalah perkara biasa yang dapat terjadi bagi setiap makhluk dimalam hari maupun siang hari.
b.      Jika isra’ dan mi’raj itu hanya mimpi, maka orang-orang Quraisy tidak akan terburu-buru menyatakan Muhammad pembohong, tidak mungkin orang-orang yang sudah beriman kembali murtad pada saat itu juga, Ummi Hani tidak akan melarang Nabi untuk menceritakan pengalaman isra’ dan mi’rajnya pada orang lain tidak pula Abu Bakar mendapat keutamaan “Ash-Shiddiq”karena beliau langsung percaya atas pengalaman Nabi itu.
c.       Kalimat (عبده) hamba-Nya dalam ayat 1 surat Al-Isra’ tersebut diatas jelas menunjukkan arti kesatuan ruh dan jasad.
d.      Kata ru’ya (     الرءيا   ) dalam firman Allah surat Al-Isra’ ayat 60 yaitu :
Diartikan “penglihatan mata” yang dialami Rasulullah saw, sewaktu beliau melaksanakan isra’, sehingga ayat tersebut artinya :
Dan Kami tidak menjadikan penglihatan mata yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia” (Al-Isa’:60)

Dengan pengertian ini diambil kesimpulan bahwa Nabi ber isra’ itu dengan ruh dan jasadnya, bukan sekedar mimpi, sebab mata itu jasmani bagian dari jasad

e.       Kecepatan gerak seperti tersebut dalam hadits isra’ itu mungkin terjadi, sebab Al-Qur’an pernah diceritakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. dibawa angin kebeberapa tempat yang jauh dalam waktu yang sangat singkat. Tantang hal itu Al-Qur’an menyatakan :                                                                                                                                                               Artinya :
Dan Kami (tundukkan) angin bagi Sulaiman, yang perjalanannya diwaktu pagi sama dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya di waktu sore sama dengan sebulan pula” (Saba : 12).

Dalam Al-Qur’an juga terdapat sebuah cerita bahwa seorang alim tentang Al-Kitab, bernama Ashif bin Birkhiya telah dapat mendatangkan singgasana Ratu Bulkis dari ujung negeri Yaman ke ujung negeri Syam dalam sekejab mata, sedangkan firman Allah swt. Dalam surat An-Naml ayat 40 :
                                                Artinya :
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab :
“Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip” (An-Naml:40)

Maka Ashif pun minta supaya Sulaiman melihat keatas kemudian ketika Nabi Sulaiman melihat keatas itu, Ashif berdo’a kepada Allah dengan “Ismul a’zhim” agar Allah mendatangkan singgasana itu. Do’a itu dikabulkan kemudian muncul dihadapan Nabi Sulaiman. Jika hal itu bisa terjadi pada sebagian orang, pada semua orangpun bisa terjadi, lebih-lebih nabi Muhammad saw. Seorang rasul.
Selain pendapat tersebut diatas ada juga para ulama yang berpendapat bahwa peristiwa isra’ mi’raj itu hanya dengan ruh saja. Alasan para ulama tersebut antara lain

                        Kata (  لرءيا    ) dalam firman Allah swt Al-Isra’ ayat 60 itu berarti mimpi
                        Sangat tidak dapat diterima akal, kecepatan luar biasa yang diceritakan dalam perisiwa isra’ mi’raj itu, apalagi terjadi sekaligus ruh dan jasad Nabi.
                        Jika kecepatan luar biasa itu memang benar terjadi tentu merupakan mu’jizat yang terbesar dan harus dapat dibuktikan dihadapan oarang banyak yang berkumpul untuk mendengar cerita Nabi tentang itu, sehingga dapat dijadikan bukti atau dalil atas pengakuannya sebagai Nabi.
                        Naik dengan jasad kealam hampa udara itu, sangat mustahil karena bagaimanapun manusia tidak akan hidup atau bernafas disana
                        Hadits-hadits yang menceritakan tentang mi’raj itu, banyak yang tidak dapat diterima akal misalnya :
1)      Dibelahnya perut Nabi saw, kemudian dicuci dengan air zam-zam hal ini sangat membingungkan, sebab yang dicuci dengan air adalah najis-najis ‘ainiyah (fisik, bukan akidah yang salah atau akhlak tercela).
2)      Mondar-mandirnya Rasulullah untuk meminta keringanan tengan shalat 5 (lima) waktu, yang pertama telah ditetapkan Allah swt. Sebanyak 50 (lima puluh) kali sehari semalam, menurut Qadhi Abu Bakar Al-Baqilani hal itu tidak mungkin, sebab mengganti (Nasakh) hukum sebelum dikerjakan suatu hal yang mustahil bagi Allah swt.

3.      Berapa pelajaran bagi kita
a.       Inti dari isra’ dan mi’raj yang penting adalah yang diberikan Allah swt. kepada semua (orang Islam) untuk shalat lima waktu,  dimana kita diharapkan untuk berkomunikasi langsung dengan-Nya sehingga kita dapat selalu memperoleh bimbingan-Nya dan dijauhakn dari kesesatan, kemungkaran  dan kemerosoan moral.
b.      Bagaimanapun seseorang itu telah merasa terpelajar dan maju, tentunya mereka harus mengakui bahwa kemampuan akalnya terbatas.
Oleh karena itu unsur keimanan/kepercayaan untuk memahami sesuatu masalah adalah suatu hal yang sangat penting dan perlu kita punyai. Sebagi contoh, seorang insinyur yang ingin membuat rancangan suatu jembatan yang akan dipergunakan di dalam kontruksi dan ia percaya saja kepada si pembuat tabel. Ia membuka buku daftar matematika serta mengambil angka-angka yang diperlukan dalam perhitungannya dan ia percaya kepada kebenaran angka-angka itu; dan seterusnya. Tanpa memasukkan unsur kepercayaan dalam pekerjaan kita sehari-hari, hidup didunia ini tidak dapat digambarkan. Dalam memahami peristiwa isra’ dan mi’raj juga memerlukan pendekatan keimanan sebab dalam peristiwa isra’ dan mi’raj itu banyak hal-hal yang diluar jangkauan pikiran manusia biasa.
c.        Dengan mewujudkan peristiwa isra’ dan mi’raj terhadap diri Rasulullah saw, Allah swt. telah menunjukkan kepada Rasul-Nya tanda-tanda kekuasaan-Nya yang hebat dan dahsyat. Hal itu merupakan peragaan praktis bagi rasul-Nya, suatu cara mengajar terbaik, sehingga walaupun beliau tidak pernah belajar disekolah maupun pada seorang guru atau pun terbang dengan menggunakan peralatan ilmiah, tetapi Nabi telah melihat/mengetahui kejadian alam yang pada dasarnya tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia biasa. Kecuali dengan ilmu pengetahuan, sedangkan pengetahuan manusia itu sendiri juga terbatas. Manusia tidak dapat memikirkan kejadian semacam iu sebagaimanafirman Allah swt
    
Artinya:
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.”
(Al-Isra’ :85)


d.      Apa yang dapat kita temui maupun kita lihat tiap hari, berupa macam-macam alat perhubungan yang dapat mempercepat perjalanan, misalnya pesawat terbang yang menjadi penghubung antar benua atau antar Negara dan daerah, bahkan ruang angkasa sekalipun, menyebabkan kita bertambah yakin bahwa peristiwa isra’ dan mi’raj itu masalah yang bisa terjadi atau setidaknya bukan perkara yang mustahil bagi Allah swt.


Sumber dokumen guru ponpes Hamka Maninjau

Post a Comment Blogger