Tentang Imam Mahdi yang dimasyhurkan akan lahir dekat hari kiamat, banyak sekali pendapat yang saling bertentangan. Ada yang percaya dan ada yang tidak.
Golongan yang percaya mengatakan bahwa menurut riwayat yang masyhur, nama Imam Mahdi itu ialah Muhammad bin Abdullah. Golongan Syi’ah mengatakan nama Imam Mahdi itu Muhammad bin Hasan Al-Askari. Menurut kaum Syi’ah, Muhammad bin Hasan itu telah masuk ke dalam lubang terowongan dalam pekarangan bapaknya dalam kota Sirrumanraa yang sekarang disebut Samira pada tahun 265 Hijriah sewaktu ia masih berumur 9 tahun. Dan terus hidup dalam terowongan itu. Golongan Kaisaniyah mengatakan bahwa Imam Mahdi itu ialah Muhammad bin Hanafiyah, hidup dan tinggal di gunung Radwa, dekat Madinah, diapit oleh ua ekor macan pengawalnya. Didekatnya da dua buah sungai yang selalu mengalirkan madu dan susu. Dia hidup bersama 40 orang temannya.
Menurut keterangan yang masyuhur, Imam Mahdi itu keturunan Alawy Fatimy (Keturunan Ali Fatimah putri Rasulullah saw. dari fihak Hasan). Ada lagi sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Imam Mahdi itu turunan Abbas (paman Nabi Muhammad saw). Menurut riwayat Imam Rafi’i yang bersumber pada Ibnu Abbas, katanya Nabi Muhammad saw. pernah bersab da kepada Abbas

الا ابشرك يا عم؟ ان من ذريتك الاصفياء ومن عثرتك الخلفاء ومنك المهدي في اخر الزمان به ينشر الهدى ويطفىء نيران الضلالة ان الله فتح بنا هذا الامر وبذريتك يختم                                                                                                                                                 Artinya :
“Maukah aku menggembirakanmu paman ? Sesungguhnya dari keturunanmu itu ada orang-orang pilihan, dari kalangan anak cucumu ada beberapa khalifah dan dari engkaulah akan lahir Al-Mahdi di akhir zaman. Dengan Mahdilah Allah akan menyebarkan petunjuk dan memadamkan kesesatan. Sesungguhnya Allah memulai urusan (agama) ini dengan kita dan akan mengakhiri dengannya keturunanmu.”

Ada hadits marfu’, dari Ibnu Asakir yang berbunyi :
اللهم نصر العباس وولد العباس { ثلاثا } ياعم اما علمت ان المهدي من ولدك
                                                                                                                                    Artinya :
Ya Allah, tolonglah Abbas dan anak cucu Abbas (tiga kali) Paman. Tidakkah engkau tahu bahwa Mahdi itu dari keturunanmu

Masih banyak lagi hadits-hadits lain yang maknanya sama dengan hadits-hadits tersebut, diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Ummu Salmah, dan Ali. Akan tetapi kebanyakan ulama tidak mengakui hadits-hadits tersebut, mereka menganggap bahwa hadits-hadits tersebut mudhu’, tidak shahih. Karena itulah maka Bukhari dan Muslim tidak mengakuinya. Diantara sekian banyak ulama yang tidak mengakui hadits tentang Mahdi ialah Ibnu Khaldun.
Beliau telah menceritakan hadits-hadits tentang Imam Mahdi, tetapi beliau telah menganggap dhaif (lemah). Dalam penghabisan tinjauannya Ibnu Khaldun menyatakan, “Sesungguhnya allah swt. ada memiliki beberapa sunnah (Kebiasaan) yang diterapkan pada setiap bangsa dan peradaban yang berlangsung terus menerus di setiap zamah dan tempat, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab samawi yang terdahulu. Diantara sunnatullah itu ialah Negara manapun tidak berdiri tanpa semangat kebangsaan dan sesungguhnya orang-orang Quraisy dan keturunan Nabi. Maka jika hadits-hadits tentang Imam Mahdi itu sahih, tidaklah hadits-hadits menjadi kenyataan, kecuali sesudah dilakukan pembaharuan semangat kebangsaan dikalangan keturunan Hasyim dan Ali. Kalau mereka mendengar dan mengerti, tentu mereka berusaha dan berbuat sehingga persiapan mereka untuk menyongsong kelahiran Imam Mahdi dengan mengikuti sunnatullah itu merupakan rahmat buat mereka, sebagai imbangan banyak fitnah dan kerusakan yang timbul dari adanya hadits-hadits Imam Mahdi itu. Dlaam pada itu umumnya kaum muslimin tetap menunggu-nunggu kelahiran Imam Mahdi itu dan para tokoh mereka mengira bahwa Imam Mahdi itu akan menyalahi sunnatullah atau menggantinya dengan sunnah yang lain, padahal mereka membaca firman Allah swt :
                                                                                                                                                                                                                                                                        Artinya
Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah.” (Fathir:43)      

Oleh karena itu jika datang kiamat yang tanda-tandanya antara lain berupa kejadian-kejadian luar biasa, apakah mereka berkeberatan dengan kedatangan kejadian yang luar biasa itu, padahal mereka tetap dalam petunjuk Allah dan menegakkan agama mereka dengan gagah berani disertai kekuasaan ditangan mereka sendiri. Ka’bul Akhbar tentu berkesempatan luas untuk memalsukan hadits-hadits Mahdi itu.” Demikian Ibnu Khaldun.

Post a Comment Blogger