BAB I
SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH
Standar Kompetensi
- Memahami perkembangan Islam pada masa Dinasti Al-Ayyubiyah.
Kompetensi Dasar
1.1 Menceritakan sejarah berdirinya.Dinasti Al-Ayyubiyah
Indikator Pencampaian Kompetensi
1.1.1 Menjelaskan latar belakang berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.2 Menjelaskan proses berdirinya Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.3 Menjelaskan masa pemerintahan Dinasti Al-Ayyubiyah.
1.1.4 Menjelaskan masa berakhirnya Dinasti Al-Ayyubiyah.
A. LATAR BELAKANG SEJARAH BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.
1. Kelemahan bidang politik yang dialami Dinasti Abbasiyah
Kelemahan bidang politik yang dialami Dinasti Abbasiyah salah satunya disebabkan karena diawal proses pendirian Dinasti tersebut Bani Abbas tidak terlepas dari bantuan orang-orang non arab(Mawali) Persia, dan Kaum Alawiyin, serta para pengikut setia Ali bin Abi Thalib. Pada gilirannya golongan tersebut menuntut balas jasa atas ‘andil mereka dalam membentuk sebuah Dinasti. Akibatnya muncullah beberapa kerajaan kecil yang memisahkan diri dari kekuasaan Abbasiyah, yaitu:
a. Dinasti Idrisiyah, di Maroko yang didirikan oleh Idris bin Abdullah, keturunan Ali bin Abi Thalib.
b. Dinasti Aghlabiyah, didirikan oleh Ibrahim bin Ahlab yang mencakup wilayah Afrika Utara, Aljazair, Tunisia, dan Pulau Sisilia.
c. Dinasti Tuluniyah, meliputi wilayah Mesir, dan Libya.
d. Dinasti Hamdaniyah.
e. Dinasti Ikhsidiyah, di Mesir.
f. Dinasti Thahiriyah, di Khurasan.
Sejak masa pemerintahan khalifah Al-Mu’thi (334-363 H / 909-1171) keadaan politik Abbasiyah kian melemah dengan munculnya Dinasti-Dinasti lain yang sangat berpengaruh terhadap pemerintahan Abbasiyah diantarnya :
a. Dinasti Fatimiyah (297-567H / 909-1171M).
Nama dinasti ini dinisbahkan kepada Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW. Didirikan oleh pengikut aliran Syi’ah yang mendapat tekanan dan penindasan dari pemerintahan Abbasiyah. Tokoh dari Dinasti ini adalah Abu Abdillah Asya’si yang giat menyebarkan ajaran syiah. Pada tahun 358H/969M. Panglima Fatimiah Jauhar As-Saqili dapat merebut Mesir dari kekuasaan Ikhsidiyah. Maka dibangunlah sebuah kota megah barnama Al-Qahirah(Kairo sekarang). Sejak itu, Dinasti Fatimiyah memindahkan kekuasaannya dari Tunisia ke Kairo, Mesir. Dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaan pada masa khalifah Al-Aziz, Al-Mu’iz, dan Al-Hakim. Setelah dibangun Mesjid Al-Azhar yang kemudian dikembangkan menjadi Universitas Al-Azhar di Kairo. Dinasti Fatimiyah berkuasa selama 262 tahun dengan khalifah pertamanya Ubaidilah Al-Mahdi dan khalifah terakhirnya Al-Adid.
b. Dinasti Buwaihi (320-447H / 932-1055M).
Merupakan kerajaan Islam di Persia, didirikan oleh Abu Sujak Buwaihi dan tiga putranya yaitu, Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi. Keberadaan Dinasti Buwaihi dapat mengontrol kekhalifahan Abbasiyah dari segi politik, militer dan ekonomi. Dinasti berakhir setelah dikalahkan Tughril Beg dari Dinasti Saljuk Raya tahun 447H / 1055M.
c. Dinasti Saljuk (429H / 1038M)
Dinasti Saljuk berdiri di kota Thus, Irak oleh orang Turki pada masa khalifah Abbasiyah Al-Qaim bin Amrillah. Keruntuhan Dinasti Abbasiyah oleh serbuan tentara Mongol. Terjadi akibat sudah lemahnya kekuatan Dinasti Abbasiyah dan serangan kekuatan Bani Saljuk, kelemahan politik Dinasti Abbasiyah memudahkan berdirinya Dinasti lain termasuk Dinasti Al-Ayyubiyah.
B. PROSES BERDIRINYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.
1. Keruntuhan Dinasti Fatimiyah dan awalnya berdiri Dinasti Ayyubiyah.
Keruntuhan Dinasti Fatimiyah pada masa khalifah Al-Adid Bilah pada tahun 567H / 1171M. Khalifah terakhir berada dalam kondisi yang sudah lemah karena serbuan pasukan salib, konflik interen pemerintahan dan melanda paceklik atau paceklik selama tujuh tahun di wilayah kekuasaan Dinasti tersebut. Dalam keadaan yang demikian datanglah panglima Syirkuh beserta Shalahuddin Al-Ayyubi yang ditugaskan oleh Nuruddin Zangi.
Ia mendampingi pamannya Asaduddin Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zangi. Untuk membantu Bani Fatimiyah di Mesir. Perdana Menteri Syawar yang dikudetaoleh Dirgham meminta bantuan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi untuk mengalahkan Dirgham. Dengan imbalan sepertiga pajak tanah Mesir. Dirgham akhirnya dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan ia kembali menduduki jabatan perdana menteri pada tahun 1164M.
Tiga tahun kemudian Shalahuddin menyertai pamannya ke Mesir. Kali ini akan memberantas Syawar yang dulunya pernah ditolongnya yang bersekutu dengan Ammauri, seorang panglima tentara salib. Hal ini dilakukan oleh shalahuddin karena Syawar sangat membahayakan kepentingan kaum muslimin. Akhirnya, Shalahuddin dapat mengalahkan Syawar dan Ammauri.
Pada tahun 1169 M, tentara salib yang dipimpin Ammauri menyerang Mesir yang bermaksud menguasai Mesir. Khalifah Fatimiyah, Al-Adid meminta bantuan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan Mesir. Ammauri kali ini berhasil dikalahkan oleh pasukan Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh. Keberhasilan ini menimbulkan kebencian Syawar yaitu perdana menteri Fatimiyah. Syawar berencana membunuh Shalahuddin dan Asaduddin Syirkuh namun ia gagal, bahkan Syawar ditangkap dan dihukum mati atas khalifah Al-Adid.
Atas jasa-jasanya, khalifah Al-Adid mengangkat Asaduddin Syirkuh sebagai perdana menteri. Namun dua bulan kemudian Asaduddin wafat dan digantikan oleh Shalahuddin. Shalahuddin mendapat gelar Al-Malik An-Nasir yang artinya penyelamat Mesir. Karena Shalahuddin telah berjasa dalam menyelatankan Mesir dari serangan tentara Shalib. Khalifah Abbasiyah memberi gelar Al-Mu’iz lil Amirul Mukiminin karena Shalahuddin yang begitu kuat sehingga Abbasiyah menyerahkan Mesir, Noba, Yaman, Tripoli, Plestina, Surya dan Maroko dibawah kekuasaan Shalahuddin.
2. Shalahuddin Al-Ayyubi khalifah pertama Ayyubiyah
Al-Ayyubiyah merupakan Dinasti yang berkuasa di Mesir dan Suriah dari tahun 561-582H / 1172-1193M. Pendiri Dinasti ini ialah Shalahudin Yusuf Al-Ayyubi, putra Najamuddin bin Ayyub seorang berkebangsaan suku Kurdi Azer baijan. Shalahuddin lahir di Tarkit, Irak pada tahun 532H / Februari 1193M. ayahnya sebagai seorang gubernur Suriah dan pemimpin Garnisun (tentara di Baalbaek) Shalahuddin terpengaruh dan termotivasi menjadi panglima militer.
Pada tahun 569H / 1174M Shalahuddin memproklamirkan dirinya sebagai sultan di Mesir dengan nama Dinasti Ayyubiyah yang terlepas dari kekuasaan Suriah maupun Bani Abbas di Baghdad. Shalahuddin menjadi khalifah pertama Dinasti ini. Sebagai khalifah pertama, Shalahuddin Al-Ayyubi berusaha untuk menyatukan provinsi-provinsi arab terutama di Mesir dan Syam pada satu daulah kekuasaan dengan tujuan agar kekuatan umat islam teroganisir dengan baik dalam melawan serangan-serangan kaum salib yang ingin menghancurkan umat islam.
Usaha-usaha tersebut adalah:
a. Memadamkan pemberontakan Hajib sekaligus perluasan wilayah Mesir sampai ke selatan Nubah.
b. Perluasan wilayah ke Yaman.
c. Perluasan wilayah ke Damaskus dan Mosul.
C. MASA PEMERINTAHAN DINASTI AYYUBIYAH.
Setelah mulai berkuasa, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi tidak membuat suatu kekuasaan yang terpusat di Mesir. Justru ia membagi wilayah kekuasaan ke saudara-saudara dan keturunannya. Hal ini mengakibatkan muncul beberapa cabang Dinasti. Diantara beberapa sultan Dinasti Ayyubiyah yang menonjol, yaitu:
1. Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi (1138-1193M)
Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dianggap sebagai pembaru di Mesir karena dapat mengembalikan mazhab Suni. Beberapa usaha yang dilakukan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, yaitu:
1. Mendirikan madrasah-madrasah yang menganut paham Syafi’i dan Maliki.
2. Mengganti kadi-kadi Syiah dengan kadi-kadi Suni.
3. Mengganti pegawai yang korupsi.
4. Memecat pegawai yang bersekongkol dengan penjahat.
Dalam masa pemerintahan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi menghadapi beberapa pemberontakan dari kalangan sendiri (dari dalam), yaitu:
a. Nuruddin Zangi. Dia merasa tersaingi oleh Shalahuddin Yusuf A l-Ayyubi. Dia merasa kebesarannya sudah diambil alih dan tidak menepati janji untuk membantu Nuruddin Zangi agar memerangi tentara salib di Kerak dan Syaubak.
b. Hajib. Kepala rumah tangga khalifah Al-Adid, ia merasa haknya dikurangi.
c. Ass-Sin. Yang dipimpin oleh Syekh Sinan.
Dalam masa pemerintahan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi juga menghadapi beberapa pemberontakan dari luar, yaitu:
a. Tentara salib. Mereka adalah orang-orang Kristen Franka. Kekuasaan Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi semakin besar dan mereka khawatir dan merasa terancam, untuk itu mereka minta bantuan Perancis, Inggris, Jerman, Byzantium, dan Paus untuk mengambil kembali daerah-daerah kekuasaan yang telah diambil Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi.
b. Almaric , raja Yerussalem.
c. Tentara Baldwin IV.
d. Raynald de Chatillon (penguasa Benteng Kerak di sebelah timur laut Mati).
e. Raja Baldwin V.
Setelah Baitul Maqdis dikuasai oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi, Paus Gregori mengumandangakn perang salib. Peperanganpun terjadi dalam waktu yang bertahun-tahun lamanya. Dan diakhiri dengan perjanjian damai. Setelah perang melawan tentara Salib selesai, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi memindahkan pusat pemerintahannya ke Damaskus. Ia meninggal disana tahun 1193M dalam usia 57 tahun.
2. Al-Adil (1145-1218M)
Al-Adil adalah saudara Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Prestasinya ialah ketika ia diangkat sebagai pemimpin pasukan saat mengikuti ekspedisi militer pamannya Syirkuh ke Mesir. Setelah kematian Nuruddin Zangi tahun 1174M ia memerintah di Mesir atas nama saudaranya, Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Al-Adil merupakan seorang pemimpin pemerintahan dan pengatur strategi yang berbakat dan efektif. Ia mampu menyediakan kebutuhan militer yang dibutuhkan oleh Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi dalam setiap peperangan besarnya.
3. Al-Kamil (1180-1238M)
Al-Kamil adalah saudara Al-Adil, saudara muda dari Shalahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Pada tahun 1218M Al-Kamil memimpin pertahanan dalam menghadapi pasukan salib yang ingin mengepung kota Dimyat (Damietta) dan kemudian menjadi sultan sepeninggal ayahnya. Al-Kamil gagal mempertahankan Dimyat pada bulan November 1219M. Ia menarik pasukannya menuju Maisurah, sebuah benteng di hulu sungai Nil. Pada bulan Februari tahun 1229M, Al-kamil menyepakati perdamaian selama 10 tahun dengan Frederic II. Ia mengembalikan Yerussalem dan kota-kota suci lainnya kepada pasukan salib. Kaum muslimin dan umat yahudi dilarang memasuki kota itu kecuali sekitar Masjidil Aqsa dan Masjidil Umar. Al-Kamil meninggal pada tahun 1238M kedudukan sebagai sultan digantikan oleh Shalih Al-Ayyub. Pada masa pemerintahan Shalih Al-Ayyub sering terjadi perang saudara dengan kerabat dekatnya dan membuat kekuasaan Dinasti Al-Ayyubiyah makin melemah.
D. BERAKHIRNYA DINASTI AL-AYYUBIYAH.
Perang salib yang berkepanjangan antara umat Nasrani dan kaum Muslimin akhirnya mencapai kesepakatan damai dan genjatan senjata antara kedua belah pihak. Perdamaian tersebut tidak mengurangi beberapa hal yang telah dicapai kaum muslimin telah memenangkan pertempuran di Hitin, Safuriyah dan kembali menguasai Baitul Maqdis dimana waktu itu Shalahuddin menjadi penguasanya. Perdamaian tersebut terjadi di Ramlah tanggal 2 November 1192M dan disebut dengan perdamaian Ramlah.yang isinya adalah:
1. Baitul Maqdis dan Yerussalem tetap berada di bawah kekuasaan kaum muslimin, jika umat kristen pergi ziarah kesana tidak akan diganggu dan tidak akan dilarang.
2. Daerah pesisir Akka dan Yafa menjadi daerah pasukan salib dengan nama kerajaan salib Akka.
3. Harta orang Kristen yang dirampas semasa perang dikembalikan kepada mereka.
Runtuhnya Dinasti Al-Ayyubiyah dimulai pada masa pemerintahan Sultan As-Salih. Pada waktu itu tentara kaum budak di Mesir(Kaum Mamluk), memegang kendali pemerintahan. Setelah As-Salih meninggal pada tahun 1249M kaum Mamluk mengangkat istri As-Salih, Sajarad Ad-Dur sebagai sultanah. Dengan demikian berakhir kekuasaan Dinasti Al-Ayyubiyah di Mesir. Selanjutnya, Qutus mengambil alih kekuasaan Al-Ayyubiyah. Sejak itu berakhirlah kekuasaan Dinasti Al-Ayyubiyah.
Post a Comment Blogger Facebook