BAB  II

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM
PADA MASA BANI ABBASIYAH


Standar Kompetensi
  1. Memahami perkembangan Islam pada masa Bani Abbasiyah.
Kompetensi Dasar
1.2  Mendeskribsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa  Bani Abbasiyah.

Indikator Pencampaian Kompetensi
1.2.1        Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam  pada masa Bani  Abbasiyah dalam bidang sosial kemasyarakatan dan ekonomi.
1.2.2        Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam  pada masa Bani Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
1.2.3        Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam  pada masa Bani Abbasiyah dalam bidang politik pemerintahan dan militer.
1.2.4        Menceritakan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam  pada masa Bani Abbasiyah dalam bidang seni budaya dan arsitektur.


A.    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM PADA MASA BANI ABBASIYAH SOSIAL KEMASYARAKATAN DAN EKONOMI.

1.      Dalam Bidang Sosial dan Kemasyarakatan

Selama masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah (750-1258 M). Telah mengalami banyak perkembangan dan kemajuan, maupun di bidang sosial kemasyarakatan maupun kemajuan di bidang sosial budaya.
Kemajuan di bidang sosial kemasyarakatan yang terjadi anatara lain munculnya berbagai kelompok dalam masyarakat yang semakin heterogen baik suku, bangsa, etnis, agama, dan bebagai unsur warga negara. Keberagaman ini dapat dikelola sebagai potensi yang besar untuk berlomba dan berjuang dalam satu kesatuan islam membangun dan memajukan Dinasti Abbasiyah. Munculnya kelompok masyarakat pada masa Dinasti Abbasiyah terbagi dalam beberapa kelas:
a.       Kaum muslim arab
b.      Kaum muslim non-arab (Mawali)
c.       Kaum zimmi
Beberapa kelas tersebut memiliki persamaan hak sebagai warga negara. Beberapa golongan kaum muslim non-arab bahkan memiliki kedudukan dan peranan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Mereka adalah keluarga Barmak, Dinasti Buwaiyah, dan Dianti Saljuk.
Seiring perkembangan islam di beberapa wilayah baru, wilayah tersebut tidak hanya terislamkan tetapi juga terarabkan. Beberapa wilayah yang terarabkan tersebut diantaranya: Mesir, Suriah, Palestina, Persia, Aljazair, dan Maroko.

2.      Dalam bidang ekonomi.

Dalam bidang ekonomi, kesejahteraan seluruh rakyat Abbasiyah menjadi prioritas utama bagi para pemimpin Dinasti tersebut dalam melaksanakan kekuasaannya, terutama di periode awal perjalanan kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Khalifah Al-Mansur merupakan tokoh utama peletak dasar ekonomi Abbasiyah seperti :

a.       Dalam sektor pertanian
Dalam sektor pertanian telah dibangun banyak bendungan dan kanal-kanal irigasi dan terusan, contohnya pada masa Harun Ar-Rasyid. Istri khalifah, Zubaidah membangun sebuah bendungan dan terusan yang dapat mengalirkan air ke pemukiman penduduk terutama daerah yang sering dilanda musim kemarau. Menjadikan dua kota suci itu menjadi sejahtera, tanahnya subur dan makmur. Untuk mengenang jasa permaisuri itu, bendungan itu diberi nama Bendungan Zubaidah.
b.      Dalam sektor perdagangan
Perekonomian warga Abbasiyah umumnya meningkat mulai pada zaman pemerintahan Al-Mahdi. Dengan peningkatan sektor pertanian dan hasil tambang dan hubungan luar negeri antara daulah Abbasiyah dan kerajaan-kerajaan lain telah meningkat dalam sektor perdagangan. Basrah menjadi pelabuhan penting sebagai tempat dagang transit antar timur dan barat.
c.       Dalam sektor perindustrian.
Banyak kota-kota yang dibangun sebagai pusat-pusat industri, Basrah sebagaipusat industri gelas dan sabun; Kuffah, industri tekstil; Khazakstan, industri sutra; Damaskus industri pakaian jadi dan sutra bersulam, dan Syam sebagai pusat industri keramik dan gelas berukir

B.     PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM  PADA MASA BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN FILSAFAT.

Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini umat islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun naqli mengalami kemajuan dengan pesatnya.
Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Abbasiyah, selain perhatian khalifah yang sangat besar juga disebabkan oleh:
1.      Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa lainnya yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan filsafat.
2.      Gerakan penerjemahan berbagai ilmu pengetahuan dari bahasa asing kedalam bahasa arab di masa khalifah Al-Mansur, dengan dibentuknya dewan penerjemahan bahasa latin.
Pada zaman pemerintahan Dinasti Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan denagn cara menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa-bangsa Yunani, Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan timur tengah dan Afrika seperti, Mesopotania, dan Mesir.
Diantara para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan adalah kelompok Mawali atau orang-orang non-arab, seperti orang Persia. Pada masa itu pusat kajian ilmiah terdapat di mesjid-mesjid, misalnya mesjid Basrah. Di mesjid ini terdapat kelompok studi yang disebut Halaqah al-jadl, Halaqah al-fiqh, halaqah al-tafsir wal Hadits, halaqah al-Riyadiyat, dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Harun Ar-Rsyid, didirikanlah lembaga ilmu pendidikan yang formal seperti Madrasah, Kuttab, Masjid, Majelis Munadarah, dan Darul Hikmah. Darul Hikmah menjadi pusat ilmu pengetahuan, sehingga melahirkan para ilmuwan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sehingga membawa kejayaan Dinasti Abbasiyah dan mencapai puncak keemasan.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang muncul pada masa Dinasti Abbasiyah:
  1. Umar Khayam
  2. Az-Zamakhsyari
  3. Al-Qusyari
  4. An-Nafisi
  5. Ibnu Maskawaith
  6. Al-Kindi

C.    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM  PADA MASA BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG POLITIK PEMERINTAHAN DAN MILITER.

1.      Dalam Pemerintahan

Dalam bidang pemerintahan, para khalifah Abbasiyah telah mampu menciptakan sistem biokrasi pemerintahn modern seperti dibentuknya semua unsur kelembagaan negara dan administrasi negara yang ditata dengan rapi. Contohnya:
a.       Pengangkatan wazir atau perdana menteri.
b.      Pembentukan sekretariat negara(Diwanul Kitabah).
c.       Pembentukan departemen sebagai lembaga pembantu perdana menteri.
d.      Pengangkatan gubernur(Amir).
e.       Pengangkatan angkatan bersenjata.
f.       Pembentukan Baitul Mal dan lembaga kas negara.
g.      Pembentukan Mahkamah Agung

2.      Dalam Bidang Politik dan Militer
Dinasti Abbasiyah banyak dipengaruhi oleh kaum Alawiyin yang beraliran Syiah serta kaum Mawali disetiap periode. Mereka menempuh jalur politik yang berbeda sesuai dengan zaman kepemimpinan para khalifah tersebut. Seperti, pada periode Abbasiyah I dipengaruhi oleh orang  Persia I. Periode ini disebut dengan periode keemasan yang dipipin okeh 9 orang khalifah dalam kurun waktu 97 tahun. Puncak kepopularitas Abbasiyah pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan Al-Makmum.
Periode awal kebijakan politik yang ditempuh oleh Dinasti Abbasiyah yaitu memberikan landasan bagi pemerintahan yang tangguh dalam mempertahankan kekuasaan ditangan keturunan Bani Abbas.
Usaha-usaha dalam mempertahankan kekuasaannya yaitu:
a.       Menumpas habis keturunan Umayyah.
b.      Memindahkan ibukota Al-Hasimiyah ke kota Bagdadh.
c.       Khalifah Al-Mansur membunuh Abu Muslim Al-Khurasani.
d.      Menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi.
Diantara gerakan-gerakan yang memberontak terhadap kekuasaan Dinati Abbasiyah, yaitu:
a.       Gerakan kelompok Al-Rawandiyah.
b.      Gerakan kelompok Al-Muqanniyah.
c.       Gerakan kelompok Al-Khuramy.
d.      Gerakan kelompok Az-Zanadiqah.
Periode Abbasiyah II berlangsung selama 99 tahun dipimpin oleh 13 orang khalifah. Periode ini bisa dikatakan sebagaimana orang-orang Turki berpengaruh sangt kuat, sehingga mereka berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di bidang pemerintahan dan militer, mereka berkuasa setelah Khalifa Al-Mutawakkil. Karena semakin lemahnya Dinasti Abbasiyah, maka banyak daerah-daerah kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Periode Abbasiyah III disebut juga periode pengaruh Persia kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu sebuah golongan dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu Dinasti Buwaihi. Dinasti yang dibangun oleh tiga orang beraudara, yaitu Hasan bin Buwaihi, Ali bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi di sebelah barat laut Iran.pada permulaan abat ke 10 M, meskipun Dinasti Abasiyah dibawah  kekuasaan Bani Buwaihi yang beraliran Syiah mereka berhasil menekan khalifa dan menjadikan Ali bin Buwaihi sebagai panglima besar, sejak itu para khalifa tidak mampu berbuat banyak untuk mempertahankan kedaulatan negara, akan tetapi Ilmu Pengetahuan terusmengalami kemajuan.
Periode IV ini berlangsung sekitar 164 tahun dan disebut juga periode pengaruh Turki kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu sebuah golongan dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yakni Dinasti Saljuk.
Selama periode ini mereka berhasil mengambil alih kekuasaan para khalifa.  Para khalifa hanya diperkenankan mengurus masalah agama. Dinasti ini berakhir setelah pasukan mongol memporak porandakan kota Baghdad pada tahun 656H/1258M.
D.    PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN/PERADABAN ISLAM  PADA MASA BANI ABBASIYAH DALAM BIDANG SENI BUDAYA DAN ARSITEKTUR.

Daulah Abbasiyah yang berlangsung 5.5 abad secara politis bisa dikatakan hanya mampu bisa mendirikan selama satu abad yaitu selama periode I. tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan, seni budaya dan arsitektur terus mengalami pertumbuhan. Itu disebabkan karena para khalifah lebih berorientasi pada perluasan wilayah kekuasaan.
Para khalifah Abbasiyah tidak segan-segan mendatangkan para arsitek dari luar negeri untuk membangun dan mengajarkan ilmunya kepada orang-orang Abbasiyah. Pada masa Khalifah Al-Mansur telah dibangun kota Baghdad yang berbentuk bundar di tengahnya dibangun istana Al-Qasr Az-Zahabi dan masjid Al-Manshur yang melambangkan kemegahan dan keindahan kota Baghdad.
Diantara bidang seni dan budaya yang berkembang ialah:

1.      Arsitektur.
Khalifah Abbasiyah sangat menyukai seni arsitektur untuk keperluan membangun sebuah gedung, misalnya mesjid, istana, madrasah, perkantoran, dan sebagainya. Mereka tidak segan-segan mendatangkan arsitek dari luar Abbasiyah.
Perkembangan kebudayaan pada masa Dinasti Abbasiyah juga tercermin pada beberapa peninggalan bangunadin-bangunan bersejarah, seperti masjid. Beberapa masjid yang dibangun da masa Dinasti Abbasiyah adalah:
  1. Masjid Jami’ Al-Mansur
  2. Masjid Raya Ar-Risyalah
  3. Masjid Jami’ Qasr Al-Khilafah
  4. Masjid Qati’ah Umm Ja’far
  5. Masjid Kufah
  6. Masjid Raya Samarra
  7. Masjid Agung Isfahan
  8. Masjid Talkhatan Baba
  9. Masjid Alauddin Kaikobat
2.      Seni tata kota.
Istana emas yang berada di tengah kota Baghdad, yang melambangkan kemegahan dan keindahan kota Baghdad. Seni bangunan berkembang juga membuat kota Bagdad menjadi kota metropolitan yang megah dan indah. Keindahannya mengagumkan dunia, sehingga dijuluki Alful Lailah Wal Lailah (Seribu satu malam), dan juga dibangun kota satelit sebagai penyangga kota Bagdad.
a.                             Kota Samara.
Dibangun pada masa khalifah Al-Muhtasim Billlah. Samara termasuk kota yang dibangun dengan nilai seni dan tata kota yang tinggi.
b.                            Seni sastra
Pada masa Abbasiyah, dunia sastra mengalami kemajuan. Kota baghdad dikenal sebagai pusat sastrawan dan penyair. Diantara penyair dan sastrawan yang terkenal:
1)      Abu Atahiyah
2)      Abu Nawas
3)      Abu Tamam
4)      Al-Buhtury
5)      Al-Mutanabbi
c.     Seni suara dan seni musik.
            Seni suara dan musik juga mengalami kemajuan. Pada umumnya khalifah Abbasiyah menyukai musik dan lagu yang diciptakan oleh para tokoh terkenal, seperti:
1)      Al-Farabi
2)      Az-Zuman
3)      Az-Zalah
Dan khalifah Hakam II, yang pernah menciptakan alat musik tiup yang diberi nama BUQ.

Post a Comment Blogger