BAHAN AJAR ILMU KALAM
Untuk Madrasah Aliyah Program Keagamaan Kleas XI
PETA PEMIKIRAN
KD :
menjelaskan Imam Mahdi dan hikmahnya
Indikator : - Menjelaskan pengertian Imam Mahdi
-
Mengidentifikasi
dalil tentang Imam Mahdi
-
Menjelaskan
pendapat ulama tentang Imam Mahdi
-
Menyimpulkan pelajaran yang dapat diambil dari
munculnya imam mahdi
Uraian
materi
Tentang Imam Mahdi yang
dimasyhurkan akan lahir dekat hari kiamat, banyak sekali pendapat yang saling
bertentangan. Ada
yang percaya dan ada yang tidak.
Golongan yang percaya
mengatakan bahwa menurut riwayat yang masyhur, nama Imam Mahdi itu ialah
Muhammad bin Abdullah. Golongan Syi’ah mengatakan nama Imam Mahdi itu Muhammad
bin Hasan Al-Askari. Menurut kaum Syi’ah, Muhammad bin Hasan itu telah masuk ke
dalam lubang terowongan dalam pekarangan bapaknya dalam kota Sirrumanraa yang sekarang disebut Samira
pada tahun 265 Hijriah sewaktu ia masihb erumur 9 tahun. Dan terus hidup dalam
terowongan itu. Golongan Kaisaniyah mengatakan bahwa Imam Mahdi itu ialah
Muhammad bin Hanafiyah, hidup dan tinggal di gunung Radwa, dekat Madinah,
diapit oleh ua ekor macan pengawalnya. Didekatnya da dua buah sungai yang
selalu mengalirkan madu dan susu. Dia hidup bersama 40 orang temannya.
Menurut keterangan yang
masyuhur, Imam Mahdi itu keturunan Alawy Fatimy (Keturunan Ali Fatimah putrid
Rasulullah saw. dari fihak Hasan). Ada
lagi sebuah riwayat yang mengatakan bahwa Imam Mahdi itu turunan Abbas (paman
Nabi Muhammad saw). Menurut riwayat Imam Rafi’i yang bersumber pada Ibnu Abbas,
katanya Nabi Muhammad saw. pernah bersab da kepada Abbas
الا
ابشرك يا عم؟ ان من ذريتك الاصفياء ومن عثرتك الخلفاء ومنك المهدي في اخر الزمان
به ينشر الهدى ويطفىء نيران الضلالة ان الله فتح بنا هذا الامر وبذريتك يختم Artinya :
“Maukah aku menggembirakanmu paman ?
Sesungguhnya dari keturunanmu itu ada orang-orang pilihan, dari kalangan anak
cucumu ada beberapa khalifah dan dari engkaulah akan lahir Al-Mahdi di akhir
zaman. Dengan Mahdilah Allah akan menyebarkan petunjuk dan memadamkan
kesesatan. Sesungguhnya Allah memulai urusan (agama) ini dengan kita dan
akan mengakhiri dengannya keturunanmu.”
Ada hadits marfu’, dari Ibnu Asakir yang berbunyi :
اللهم
نصر العباس وولد العباس { ثلاثا } ياعم اما علمت ان المهدي من ولدك
Artinya
:
“Ya Allah, tolonglah Abbas dan anak cucu Abbas (tiga kali) Paman. Tidakkah
engkau tahu bahwa Mahdi itu dari keturunanmu”
Masih banyak lagi
hadits-hadits lain yang maknanya sama dengan hadits-hadits tersebut,
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Ummu Salmah, dan Ali. Akan tetapi kebanyakan
ulama tidak mengakui hadits-hadits tersebut, mereka menganggap bahwa
hadits-hadits tersebut mudhu’, tidak shahih. Karena itulah maka Bukhari dan
Muslim tidak mengakuinya. Diantara sekian banyak ulama yang tidak mengakui
hadits tentang Mahdi ialah Ibnu Khaldun.
Beliau telah
menceritakan hadits-hadits tentang Imam Mahdi, tetapi beliau telah menganggap
dhaif (lemah). Dalam penghabisan tinjauannya Ibnu Khaldun menyatakan,
“Sesungguhnya allah swt. ada memiliki beberapa sunnah (Kebiasaan) yang
diterapkan pada setiap bangsa dan peradaban yang berlangsung terus menerus di
setiap zamah dan tempat, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab
samawi yang terdahulu. Diantara sunnatullah itu ialah Negara manapun tidak
berdiri tanpa semangat kebangsaan dan sesungguhnya orang-orang Quraisy dan
keturunan Nabi. Maka jika hadits-hadits tentang Imam Mahdi itu sahih, tidaklah
hadits-hadits menjadi kenyataan, kecuali sesudah dilakukan pembaharuan semangat
kebangsaan dikalangan keturunan Hasyim dan Ali. Kalau mereka mendengar dan
mengerti, tentu mereka berusaha dan berbuat sehingga persiapan mereka untuk
menyongsong kelahiran Imam Mahdi dengan mengikuti sunnatullah itu merupakan
rahmat buat mereka, sebagai imbangan banyak fitnah dan kerusakan yang timbul
dari adanya hadits-hadits Imam Mahdi itu. Dlaam pada itu umumnya kaum muslimin
tetap menunggu-nunggu kelahiran Imam Mahdi itu dan para tokoh mereka mengira
bahwa Imam Mahdi itu akan menyalahi sunnatullah atau menggantinya dengan sunnah
yang lain, padahal mereka membaca firman Allah swt :
Artinya
“Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka
sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah.” (Fathir:43)
Oleh karena itu jika
datang kiamat yang tanda-tandanya antara lain berupa kejadian-kejadian luar
biasa, apakah mereka berkeberatan dengan kedatangan kejadian yang luar biasa
itu, padahal mereka tetap dalam petunjuk Allah dan menegakkan agama mereka
dengan gagah berani disertai kekuasaan ditangan mereka sendiri. Ka’bul Akhbar
tentu berkesempatan luas untuk memalsukan hadits-hadits Mahdi itu.” Demikian
Ibnu Khaldun.
Sumber dokumen guru Ponpes Hamka Maninjau
Post a Comment Blogger Facebook